BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat
menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam,
kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga,
rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar
kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga
terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman
hayati atau biodiversitas.
Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena
adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman
hayati makin tinggi. Kemajuan teknologi telah mengubah fungsi berbagai flora
dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi
lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu
dilestarikan agar kesejahteraan lingkungan global dan manusia dapat terjaga
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
2.
Apa saja jenis-jenis keanekaragaman hayati global yang terancam punah?
3.
Apa faktor-faktor penyebab penurunan keanekaragaman hayati?
4.
Bagaimana dampak penurunan keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia
dan global?
5.
Bagaimana upaya menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati?
6.
Bagaimana keanekaragaman hayati dalam perkembangan Hukum Internasional?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis keanekaragaman hayati yang terancam punah.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penurunan keanekaragaman hayati.
4.
Untuk mengetahui dampak penurunan keanekaragaman hayati bagi kehidupan
dan manusia.
5.
Untuk mengetahui upaya menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati.
6.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati dalam perkembangan Hukum
Internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman makhluk hidup atau keanekaragaman
hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: Biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan
yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan
menurut skala organisasi biologisnya yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan, mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk
kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi
keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem ataubioma tertentu.
Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem
biologis.
Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi
secara merata di bumi, wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih
kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari
ekuator.
Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi
adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum
diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu,
kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme
uniseluler lainnya sebelumorganisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan
keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual
juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim,
danluar angkasa.
Keanekaragaman Hayati Di
Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga
negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dari dua negara setelah
Brazil dan Zaire.Tetapi dibanding dua
negara tersebut ,Indonesia memiliki keunikan tersendiri yaitu Indonesia
memiliki areal tipe Indo-Malaya yang luas dan juga tipe Oriental,Australia, dan
Peralihannya.
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibanding dengan daerah subtropik
dan daerah kutub.Indonesia adalah salah satu pusat keragaman hayati terkaya
didunia. Di Indonesia terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan berbunga (10%
dari tumbuhan berbunga dunia). Jumlah spesies mamalia adalah 515 (12% dari
jumlah mamalia dunia). Selain itu ada 600 spesies reptilia; 1500 spesies burung
dan 270 spesies amfibia. Diperkirakan 6.000 spesies tumbuhan dan hewan
digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada
sekitar 7.000 spesiers ikan air tawar maupun laut merupakan sumber protein
utama bagi masyarakat Indonesia (Shiva, 1994).
B. Keanekaragaman Hayati Global Terancam Punah
Meskipun menyadari betapa pentingnya
keanekaragaman hayati untuk waktu yang lama, namun aktivitas manusia telah
menyebabkan kepunahan besar-besaran. Seperti laporann Environment New Service
pada bulan Agustus 1999 yang menyebutkan bahwa “tingkat kepunahan saat ini
mendekati 1.000 kali dari sebelumnya dan mungkin naik sampai 10.000 kali pada
abad berikutnya, jika kecenderungan ini terus berlangsung, akan mengakibatkan
kerugian dan mempermudah kepunahan seperti yang terjadi pada masa lalu.”
Sebuah laporan utama, Millennium Ecosystem
Assessment, dirilis Maret 2005 juga menyoroti kerugian yang besar dari
hilangnya keanekaragaman kehidupan di bumi, dengan 10-30% dari mamalia, jenis
burung dan amfibi terancam punah, akibat tindakan manusia . International Union
for Conservation of Nature (IUCN) mencatat dalam sebuah video banyaknya spesies
yang terancam punah. Yaitu:
• 75% dari keanekaragaman genetik tanaman
pertanian telah hilang.
• 75% dari perikanan dunia mengalami
kelebihan eksploitasi.
• Sampai dengan 70% spesies di dunia terancam
punah jika suhu global meningkat lebih dari 3,5 ° C.
• 1/3 dari terumbu karang di seluruh dunia
terancam punah.
• Setiap detik sebidang hutan hujan tropis
ukuran lapangan sepakbola menghilang.
• Lebih dari 350 juta orang mengalami kelangkaan
air berat.
Di berbagai belahan dunia, spesies mengalami
tingkat ancaman yang berbeda. Namun secara keseluruhan dari banyak kasus
menunjukkan tren menurun.Semua spesies dinilai dalam kategori terancam risiko
kepunahan yang berbeda pada IUCN Red List, berdasarkan data dari 47.677 spesies
(Sumber: IUCN, data kompilasi Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati, UNEP
(2010) dalam Global Biodiversity Outlook 3, Mei 2010).
Sebagaimana dijelaskan dalam Global
Biodiversity Outlook tersebut, tingkat hilangnya keanekaragaman hayati belum
berkurang karena lima tekanan keanekaragaman hayati yang kuat bahkan intensif
dari hilangnya habitat dan degradasi, perubahan iklim, beban zat berlebih dan
bentuk lain dari polusi, over-eksploitasi dan pemanfaatan tidak berkelanjutan
serta invasif spesies.
Sebagian besar pemerintah dunia melaporkan
kepada Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati adanya tekanan yang
mempengaruhi keanekaragaman hayati di negara mereka. IUCN menggunakan Red List
untuk menilai status konservasi spesies, subspesies, varietas, dan bahkan
sub-populasi yang dipilih dalam skala global.
Risiko kepunahan terjadi dari setiap langkah
konservasi. Amfibi yang paling berisiko, sementara koral telah mengalami
peningkatan dramatis dalam risiko kepunahan dalam beberapa tahun
terakhir.Sementara itu penelitian jangka panjang tentang fosil menunjukkan
bahwa kecepatan alam terbatas dalam pemulihan secara cepat setelah gelombang
kepunahan. Maka, tingkat kepunahan yang cepat bisa memerlukan waktu lama untuk
memulihkan alam.
Pertimbangan pengamatan dan kesimpulan para
ahli dari berbagai instistusi yang diringkas oleh Jaan Suurkula, Ketua Dokter
dan Ilmuwan untuk Aplikasi Tanggungjawab Ilmu dan Teknologi (Physicians and
Scientists for Responsible Application of Science and Technology-PSRAST),
mencatat bahwa dampak pemanasan global akan berpengaruh pada ekosistem dan
keanekaragaman hayati.
Ekosistem Global Kolap
Situasi lingkungan dunia mungkin akan semakin
buruk oleh cepatnya kepunahan spesies skala global. Ini terjadi pada abad ke-20
dimana tingkat yang seribu kali lebih tinggi daripada tingkat rata-rata selama
65 juta tahun sebelumnya. Hal ini mungkin mengguncang berbagai ekosistem
termasuk sistem pertanian.
Dalam kepunahan yang lambat, berbagai
mekanisme menyeimbangkan dapat berkembang. Namun tak seorang pun tahu apa
akibat dari laju kepunahan yang sangat cepat. Apa yang terjadi dengan sistem
ekologi yang telah terjaga dalam keseimbangan yang sangat kompleks dan beragam
antara sebagian besar spesies. Kepunahan cepat ini dapat menimbulkan ekosistem
skala global kolap. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan masalah pertanian
skala besar, mengancam persediaan makanan untuk ratusan juta orang. Prediksi
ekologi ini tidak mempertimbangkan dampak dari pemanasan global yang selanjutnya
akan memperburuk situasi.
Industri perikanan telah memberikan
kontribusi penting pada kepunahan massa akibat gagal membatasi penangkapan.
Sebuah studi global yang baru menyimpulkan bahwa 90 persen dari semua ikan
besar telah menghilang dari lautan di dunia dalam setengah abad terakhir, hasil
penghancuran dari industri penangkapan ikan. Penelitian selama 10 tahun ini
telah selesai dan diumumkan dalam jurnal internasional Nature. Penelitian ini
melukiskan gambaran suram tentang populasi spesies bumi saat ini seperti ikan
hiu, ikan pedang, ikan tuna dan marlin.
Hilangnya ikan predator mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan beberapa ekologi laut yang kompleks. Penyebab lain kepunahan
ikan secara ekstensif adalah kerusakan terumbu karang. Hal ini disebabkan oleh
kombinasi dari penyebab, termasuk pemanasan samudera, kerusakan dari alat
tangkap dan infeksi yang membahayakan organisme karang akibat polusi laut.
Kondisi ini akan memerlukan waktu ratusan ribu tahun untuk mengembalikan apa
yang sekarang sedang hancur dalam beberapa dekade.
Menurut studi paling komprehensif yang
dilakukan selama ini dalam bidang ini, lebih dari satu juta spesies akan hilang
dalam 50 tahun mendatang. Penyebab paling penting adalah perubahan iklim. Studi
yang dipresentasikan di atas hanya mencakup masalah paling penting yang
membakar lingkungan global. Ada beberapa tambahan, terutama di bidang polusi
kimia yang berkontribusi merusak lingkungan atau mengganggu keseimbangan
ekologi.
Selain itu, seperti yang dilaporkan oleh UC
Berkeley, menggunakan perbandingan DNA, para ilmuwan telah menemukan apa yang
mereka telah sebut sebagai “konsep evolusi paralelisme, sebuah situasi dimana
dua organisme independen muncul dengan adaptasi yang sama dengan lingkungan
tertentu.” Ini memiliki percabangan tambahan ketika akan melindungi
keanekaragaman hayati dan spesies terancam punah.
C. Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Keanekaragaman Hayati
Pengambilan SDA secara liar sangatlah
mempengaruhi penurunan keanekaragaman hayati, seperti penebangan liar,
perburuan satwa dan lain sebagainya. Karenanya keanekargaman hayati kita
tersebut saat ini mengalami ancaman degradasi yang sangat serius akibat kegiatan
manusia yang tidak ramah lingkungan. Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan
keanekaragaman hayati terus berkurang, antara lain yaitu:
1.
Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat
tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan
organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok
untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah
fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian,
pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut
mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen. Selain
akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana
alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir. Perusakan terumbu karang
di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta biota
laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat lagi hidup
dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena
terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan
mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.
2.
Penggunaan Pestisida
Yang termasuk pestisida misalnya insektisida,
herbisida, dan fungisida. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh
organisme penggangu (hama), pada kenyataannya menyebar ke lingkungan dan
meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.
3.
Pencemaran Bahan
Pencemar bahan juga dapat membunuh mikroba,
jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah
pabrik dan limbah rumah tangga.
4.
Perubahan tipe tumbuhan-tumbuhan merupakan produsen di dalam ekosistem.
Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan
dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya
tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat
menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut
5.
Penebangan Hutan
Hutan merupakan sumber utama keanekaragaman
hayati karena hutan merupakan tempat tinggal berbagai spesies tanaman dan
hewan. Kerusakan hutan yang terjadi karena kebakaran atau penebangan hutan
secara luas menyebabkan terjadi penurunan keanekaragaman hayati bahkan
kepunahan banyak spesies hewan dan tumbuhan, misalnya Harimau Jawa. Menurut FAO
dalam laporan State of World Forest tahun 2009 laju kerusakan hutan di
Indonesia mencapai sekitar 1,87 juta hektar pertahun. Apabila laju kerusakan
hutan tidak dikendalikan, hutan Indonesia akan musnah sekitar 15 tahun ke
depan.
6.
Seleksi
Secara tidak sengaja perilaku kita
mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering hanya menanam
tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga manalagi, jambu
bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul,
misalnya mangga golek, nangka celeng. Menurunnya keanekaragaman hayati
menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya merugikan manusia. Misalnya,
penebangan hutan mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan
misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang lahan pertanian penduduk karena
habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka semakin berkurang. Menurunnya
populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida
mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga
ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan
petani.
D. Dampak Penurunan Keanekaragaman Hayati Bagi Kehidupan Manusia dan Global
Berkurangnya keanekaragaman hayati di alam
memberi efek, baik secara langsung maupun tidak langsung, merugikan bagi
manusia karena manusia, hewan dan tanaman merupakan komponen ekosistem alam
yang saling berkaitan. Beberapa dampak yang timbul antara lain yaitu:
1.
Kepunahan
Kepunuhan berarti hilangnya suatu spesies,
Kebakaran hutan menghancurkan habitat, satwa dan tanaman secara langsung dan
besar-besaran. Sementara yang bertahan akan menghilang secara perlahan dan
menyebabkan hewan dan tumbuhan menjadi langka atau menjadi punah.
2.
Kekeringan
Semakin berkurangnya pepohonan dihutan
menyebabkan cadangan air tanah menurun karena pohon merupakan penyimpan
cadangan air tanah untuk musim kemarau terutama yang berasal dari air hujan.
Apabila pepohonan di hutan berkurang, masyarakat disekitar hutan dapat
mengalami kekurangan air di musim kemarau karena cadangan air tanah berkurang.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah
kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang
ditimbulkannya. Dampak ekonomi danekologi kekeringan merupakan suatu proses
sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun
demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan
kerusakan yang signifikan.
3.
Banjir
Pada musim penghujan dapat terjadi banjir
karena tidak adanya pepohonan di hutan yang dapat menyerap air hujan. Banjir
akan memberikan dampak terhadap hidup manusia sepeerti rusaknya infrasuktur,
terputusnya tranportasi, serta korban nyawa dan lain sebagainya yang merugikan
kelangsungan hidup.
4.
Kenaikan muka air laut
Penebangan bakau pada pesisir akan
menyebabkan Kenaikan muka air laut juga telah menyebabkan tenggelamnya tambak
udang dan ikan di beberapa daerah di Indonesia termasuk di pantai-pantai Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh dan Sulawesi Selatan.
E. Upaya Menjaga Dan Melestarikan Keanekaragaman Hayati Untuk Masa Depan
Penurunan keanekaragaman hayati bukanlah
permasalahan yang harus di sepelekan dalam keseimbangan lingkungan, sebagaimana
dalam konsep lingkungan yang disebutkan bahwa apabila salah satu komponen
hilang maka akan menyebabkan ketidakseimbangan pada komponen yang lainnya.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari berkurangnya
keanekaragaman hayati antara lain yaitu:
1.
Menghentikan kegiatan perburuan satwa di alam terutama untuk jenis satwa
yang dilindungi dan terancam punah, contohnya penyu, untuk tujuan
diperdagangkan maupun koleksi pribadi.
2.
Melindungi flaura dan fauna yang langka, demi menjaga kelangsungan
kehidupan yang langka tersebut.
3.
Menghentikan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal terutama
penangkapan ikan menggunakan racun dan setrum di danau, sungai atau di daerah
aliran air lainnya.
4.
Menghentikan kegiatan penebangan pohon secara liar dan tidak bertanggung
jawab baik dikawasan pegunungan, pemukiman maupun di kawasan mangrove pesisir
pantai.
5.
Menanam pohon-pohonan dan memeliharanya dengan baik.
6.
Mengolah sampah sesuai jenisnya dan mengurangi membakar sampah serta
membuang sampah tidak pada tempatnya karena dapat mencemari lingkungan.
F. Keanekaragaman Hayati Dalam Perkembangan Hukum Internasional
Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan yang
terdapat dalam sumberdaya alam. Dalam hukum internasional kekayaan sumberdaya
alam sudah ada dalam konsep ini baik dalam bentuk hukum kebiasaan maupun dalam
perjanjian internasional. Beberapa pengaturan mengenai sumber-sumber kekayaan
alam di laut yang melewati batas negara telah lama diatur melalui hukum
perjanjian. Namun beberapa perjanjian yang telah disetujui oleh beberapa negara
masih merupakan hukum internasional khusus atau hukum internasional regional
seperti: Konvensi Internasional mengenai Ikan Paus (International Convention
for the Regulation of Whaling) yang berlaku pada tanggal 10 November 1948,
Konvensi Jenewa mengenai perikanan (Convention on Fishing and Conservation for
Living Resources of The High Seas) yang berlaku pada tanggal 20 Maret 1966,
Konvensi mengenai perikanan di Laut Hitam (Convention Concerning Fishing in The
Black Sea) yang ditandatangani 7 Juli 1959. Konvensi mengenai sumberdaya alam
yang berada di daratan telah diatur pula dalam hukum perjanjian internasional
seperti: Konvensi Internasional mengenai Lahan Basah (Convention of Wetlands of
International Important, Especially as Waterfowl Habitat) yang ditandatangani
pada tanggal 2 Februari 1971.
Ternyata meningkatnya pembangunan di berbagai
negara serta makin berkurangnya lahan tempat tinggal (habitat) hewan serta
tumbuhan telah menimbulkan konsekuensi adanya krisis keanekaragaman hayati.
Menurunnya jumlah spesies hingga kepunahan yang serius dari spesies jenis
tertentu telah menuntut adanya upaya mengatasi hal ini. Upaya ini tidak hanya
dilakukan dalam kerangka ilmiah saja tapi harus melalui suatu kerangka politik
dan kerjasama internasional yang bersifat luas.
Konverensi PBB mengenai Lingkungan Hidup
Manusia tahun 1972 yang mengeluarkan Deklarasi Stockhlom sebagai landasan
global untuk kemudian menghasilkan beberapa tindakan-tindakan yang perlu untuk mengatasi
timbulnya degradasi lingkungan. Tindakan yang paling penting dilaksanakan
adalah para pihak diharuskan mulai mengaitkan masalah lingkungan kedalam
program pembangunan nasionalnya. Dengan adanya tindakan ini maka masalah
lingkungan kini menjadi masalah politik bagi suatu negara. Dalam konverensi ini
juga dinyatakan bahwa sumberdaya alam hayati yang merupakan bagian eksklusif
dari suatu negara, adalah juga merupakan bagian dari dunia. Tema konperensi
yaitu “One Earth One Man” adalah merupakan upaya kampanye menyelamatkan bumi
dari kehancuran yang lebih parah
Konvensi internasional maupun beberapa hukum
kebiasaan internasional yang berlaku pada waktu itu, nampaknya bertujuan untuk
melindungi kekayaan sumberdaya alam yang ada di muka bumi ini, khususnya
spesies tertentu. Dengan dilindunginya spesies tersebut dari ancaman kepunahan
maka tingkat keanekaragaman hayati minimal dapat dipertahankan dari ancaman
kepunahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan:
1. Keanekaragaman makhluk hidup
atau keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: Biodiversity)
adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang
secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat
juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem
atau bioma tertentu.
2. International Union for
Conservation of Nature (IUCN) mencatat dalam sebuah video banyaknya spesies
yang terancam punah. Yaitu: 75% dari keanekaragaman genetik tanaman pertanian
telah hilang, 75% dari perikanan dunia mengalami kelebihan eksploitasi, sampai
dengan 70% spesies di dunia terancam punah jika suhu global meningkat lebih
dari 3,5 ° C, 1/3 dari terumbu karang di seluruh dunia terancam punah, setiap
detik sebidang hutan hujan tropis ukuran lapangan sepakbola menghilang dan
lebih dari 350 juta orang mengalami kelangkaan air berat.
3. Faktor-faktor penyebab
penuruanan keanekaragaman hayati, yaitu: perusakan habitat, penggunaan
pestisida, pencemaran bahan, penebangan hutan dan perburuan satwa.
4. Dampak penurunan keanekaragaman
hayati bagi kehidupan manusia dan global, yaitu: kepunahan, kekeringan, banjir
dan kenaikan permukaan air laut
5. Upaya menjaga dan melestarikan
keanekaragaman hayati untuk masa depan yaitu: menghentikan perburuan satwa,
menjaga flora dan fauna, menghentikan penangkapan ikan secara ilegal, menanam
pohon dan membuang sampah pada tempatnya
B. Saran
Kita wajib menjaga dan merawat keanekaragaman
hayati yang ada di bumi ini agar dapat terjaga kelestariannya, sehingga
keanekaragaman hayati yang kita miliki dapat terhindar dari kepunahan dan
generasi penerus kita dapat menikmati semua jenis keanekaragaman hayati yang
ada di bumi ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://beritabumi.meximas.com/data-dan-informasi/iucn-keanekaragaman-hayati-global-terancam-punah/(Diakses: 25 Mei 2015)
http://forester-untad.blogspot.com/2013/10/faktor-penyebab-punahnya-keaneka.html (Diakses: 26 Mei 2015)
http://id.wikipedia.org/wiki/keanekaragaman_hayati(Diakses: 25 Mei 2015)
https://staff.blog.ui.ac.id/andreas.pramudianto/2009/02/27/keanekaragaman-hayati-dalam-hukum-lingkungan-internasional(Diakses: 25 Mei 2015)
http://varoelpoe.blogspot.com/2012/01/penurunan-keanekaragaman-hayati.html(Diakses: 25 Mei 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar