Jumat, 15 Juli 2016

Makalah PERSPEKTIF GLOBAL Tentang Dampak Penurunan Keanekaragaman Hayati Terhadap Kehidupan Masyarakat Dunia



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.

Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau  ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan teknologi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan agar kesejahteraan lingkungan global dan manusia dapat terjaga
B.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
2.      Apa saja jenis-jenis keanekaragaman hayati global yang terancam punah?
3.      Apa faktor-faktor penyebab penurunan keanekaragaman hayati?
4.      Bagaimana dampak penurunan keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia dan global?
5.      Bagaimana upaya menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati?
6.      Bagaimana keanekaragaman hayati dalam perkembangan Hukum Internasional?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui keanekaragaman hayati.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis keanekaragaman hayati yang terancam punah.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penurunan keanekaragaman hayati.
4.      Untuk mengetahui dampak penurunan keanekaragaman hayati bagi kehidupan dan manusia.
5.      Untuk mengetahui upaya menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati.
6.      Untuk mengetahui keanekaragaman hayati dalam perkembangan Hukum Internasional.


 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman makhluk hidup atau keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: Biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem ataubioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.
Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi, wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator.
Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelumorganisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, danluar angkasa.
Keanekaragaman Hayati  Di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dari dua negara setelah Brazil dan Zaire.Tetapi dibanding  dua negara tersebut ,Indonesia memiliki keunikan tersendiri yaitu Indonesia memiliki areal tipe Indo-Malaya yang luas dan juga tipe Oriental,Australia, dan Peralihannya.
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibanding dengan daerah subtropik dan daerah kutub.Indonesia adalah salah satu pusat keragaman hayati terkaya didunia. Di Indonesia terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga dunia). Jumlah spesies mamalia adalah 515 (12% dari jumlah mamalia dunia). Selain itu ada 600 spesies reptilia; 1500 spesies burung dan 270 spesies amfibia. Diperkirakan 6.000 spesies tumbuhan dan hewan digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada sekitar 7.000 spesiers ikan air tawar maupun laut merupakan sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia (Shiva, 1994).
B.     Keanekaragaman Hayati Global Terancam Punah
Meskipun menyadari betapa pentingnya keanekaragaman hayati untuk waktu yang lama, namun aktivitas manusia telah menyebabkan kepunahan besar-besaran. Seperti laporann Environment New Service pada bulan Agustus 1999 yang menyebutkan bahwa “tingkat kepunahan saat ini mendekati 1.000 kali dari sebelumnya dan mungkin naik sampai 10.000 kali pada abad berikutnya, jika kecenderungan ini terus berlangsung, akan mengakibatkan kerugian dan mempermudah kepunahan seperti yang terjadi pada masa lalu.”
Sebuah laporan utama, Millennium Ecosystem Assessment, dirilis Maret 2005 juga menyoroti kerugian yang besar dari hilangnya keanekaragaman kehidupan di bumi, dengan 10-30% dari mamalia, jenis burung dan amfibi terancam punah, akibat tindakan manusia . International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat dalam sebuah video banyaknya spesies yang terancam punah. Yaitu:
• 75% dari keanekaragaman genetik tanaman pertanian telah hilang.
• 75% dari perikanan dunia mengalami kelebihan eksploitasi.
• Sampai dengan 70% spesies di dunia terancam punah jika suhu global meningkat lebih dari 3,5 ° C.
• 1/3 dari terumbu karang di seluruh dunia terancam punah.
• Setiap detik sebidang hutan hujan tropis ukuran lapangan sepakbola menghilang.
• Lebih dari 350 juta orang mengalami kelangkaan air berat.
Di berbagai belahan dunia, spesies mengalami tingkat ancaman yang berbeda. Namun secara keseluruhan dari banyak kasus menunjukkan tren menurun.Semua spesies dinilai dalam kategori terancam risiko kepunahan yang berbeda pada IUCN Red List, berdasarkan data dari 47.677 spesies (Sumber: IUCN, data kompilasi Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati, UNEP (2010) dalam Global Biodiversity Outlook 3, Mei 2010).
Sebagaimana dijelaskan dalam Global Biodiversity Outlook tersebut, tingkat hilangnya keanekaragaman hayati belum berkurang karena lima tekanan keanekaragaman hayati yang kuat bahkan intensif dari hilangnya habitat dan degradasi, perubahan iklim, beban zat berlebih dan bentuk lain dari polusi, over-eksploitasi dan pemanfaatan tidak berkelanjutan serta invasif spesies.
Sebagian besar pemerintah dunia melaporkan kepada Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati adanya tekanan yang mempengaruhi keanekaragaman hayati di negara mereka. IUCN menggunakan Red List untuk menilai status konservasi spesies, subspesies, varietas, dan bahkan sub-populasi yang dipilih dalam skala global.
Risiko kepunahan terjadi dari setiap langkah konservasi. Amfibi yang paling berisiko, sementara koral telah mengalami peningkatan dramatis dalam risiko kepunahan dalam beberapa tahun terakhir.Sementara itu penelitian jangka panjang tentang fosil menunjukkan bahwa kecepatan alam terbatas dalam pemulihan secara cepat setelah gelombang kepunahan. Maka, tingkat kepunahan yang cepat bisa memerlukan waktu lama untuk memulihkan alam.
Pertimbangan pengamatan dan kesimpulan para ahli dari berbagai instistusi yang diringkas oleh Jaan Suurkula, Ketua Dokter dan Ilmuwan untuk Aplikasi Tanggungjawab Ilmu dan Teknologi (Physicians and Scientists for Responsible Application of Science and Technology-PSRAST), mencatat bahwa dampak pemanasan global akan berpengaruh pada ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Ekosistem Global Kolap
Situasi lingkungan dunia mungkin akan semakin buruk oleh cepatnya kepunahan spesies skala global. Ini terjadi pada abad ke-20 dimana tingkat yang seribu kali lebih tinggi daripada tingkat rata-rata selama 65 juta tahun sebelumnya. Hal ini mungkin mengguncang berbagai ekosistem termasuk sistem pertanian.
Dalam kepunahan yang lambat, berbagai mekanisme menyeimbangkan dapat berkembang. Namun tak seorang pun tahu apa akibat dari laju kepunahan yang sangat cepat. Apa yang terjadi dengan sistem ekologi yang telah terjaga dalam keseimbangan yang sangat kompleks dan beragam antara sebagian besar spesies. Kepunahan cepat ini dapat menimbulkan ekosistem skala global kolap. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan masalah pertanian skala besar, mengancam persediaan makanan untuk ratusan juta orang. Prediksi ekologi ini tidak mempertimbangkan dampak dari pemanasan global yang selanjutnya akan memperburuk situasi.
Industri perikanan telah memberikan kontribusi penting pada kepunahan massa akibat gagal membatasi penangkapan. Sebuah studi global yang baru menyimpulkan bahwa 90 persen dari semua ikan besar telah menghilang dari lautan di dunia dalam setengah abad terakhir, hasil penghancuran dari industri penangkapan ikan. Penelitian selama 10 tahun ini telah selesai dan diumumkan dalam jurnal internasional Nature. Penelitian ini melukiskan gambaran suram tentang populasi spesies bumi saat ini seperti ikan hiu, ikan pedang, ikan tuna dan marlin.
Hilangnya ikan predator mungkin menyebabkan ketidakseimbangan beberapa ekologi laut yang kompleks. Penyebab lain kepunahan ikan secara ekstensif adalah kerusakan terumbu karang. Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari penyebab, termasuk pemanasan samudera, kerusakan dari alat tangkap dan infeksi yang membahayakan organisme karang akibat polusi laut. Kondisi ini akan memerlukan waktu ratusan ribu tahun untuk mengembalikan apa yang sekarang sedang hancur dalam beberapa dekade.
Menurut studi paling komprehensif yang dilakukan selama ini dalam bidang ini, lebih dari satu juta spesies akan hilang dalam 50 tahun mendatang. Penyebab paling penting adalah perubahan iklim. Studi yang dipresentasikan di atas hanya mencakup masalah paling penting yang membakar lingkungan global. Ada beberapa tambahan, terutama di bidang polusi kimia yang berkontribusi merusak lingkungan atau mengganggu keseimbangan ekologi.
Selain itu, seperti yang dilaporkan oleh UC Berkeley, menggunakan perbandingan DNA, para ilmuwan telah menemukan apa yang mereka telah sebut sebagai “konsep evolusi paralelisme, sebuah situasi dimana dua organisme independen muncul dengan adaptasi yang sama dengan lingkungan tertentu.” Ini memiliki percabangan tambahan ketika akan melindungi keanekaragaman hayati dan spesies terancam punah.
C.    Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Keanekaragaman Hayati
Pengambilan SDA secara liar sangatlah mempengaruhi penurunan keanekaragaman hayati, seperti penebangan liar, perburuan satwa dan lain sebagainya. Karenanya keanekargaman hayati kita tersebut saat ini mengalami ancaman degradasi yang sangat serius akibat kegiatan manusia yang tidak ramah lingkungan. Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan keanekaragaman hayati terus berkurang, antara lain yaitu:
1.      Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen. Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir. Perusakan terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta biota laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat lagi hidup dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.
2.      Penggunaan Pestisida
Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.
3.      Pencemaran Bahan
Pencemar bahan juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.
4.      Perubahan tipe tumbuhan-tumbuhan merupakan produsen di dalam ekosistem.
Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut
5.      Penebangan Hutan
Hutan merupakan sumber utama keanekaragaman hayati karena hutan merupakan tempat tinggal berbagai spesies tanaman dan hewan. Kerusakan hutan yang terjadi karena kebakaran atau penebangan hutan secara luas menyebabkan terjadi penurunan keanekaragaman hayati bahkan kepunahan banyak spesies hewan dan tumbuhan, misalnya Harimau Jawa. Menurut FAO dalam laporan State of World Forest tahun 2009 laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai sekitar 1,87 juta hektar pertahun. Apabila laju kerusakan hutan tidak dikendalikan, hutan Indonesia akan musnah sekitar 15 tahun ke depan.
6.      Seleksi
Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, misalnya mangga golek, nangka celeng. Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang lahan pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka semakin berkurang. Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.
D.    Dampak Penurunan Keanekaragaman Hayati Bagi Kehidupan Manusia dan Global
Berkurangnya keanekaragaman hayati di alam memberi efek, baik secara langsung maupun tidak langsung, merugikan bagi manusia karena manusia, hewan dan tanaman merupakan komponen ekosistem alam yang saling berkaitan. Beberapa dampak yang timbul antara lain yaitu:
1.      Kepunahan
Kepunuhan berarti hilangnya suatu spesies, Kebakaran hutan menghancurkan habitat, satwa dan tanaman secara langsung dan besar-besaran. Sementara yang bertahan akan menghilang secara perlahan dan menyebabkan hewan dan tumbuhan menjadi langka atau menjadi punah.
2.      Kekeringan
Semakin berkurangnya pepohonan dihutan menyebabkan cadangan air tanah menurun karena pohon merupakan penyimpan cadangan air tanah untuk musim kemarau terutama yang berasal dari air hujan. Apabila pepohonan di hutan berkurang, masyarakat disekitar hutan dapat mengalami kekurangan air di musim kemarau karena cadangan air tanah berkurang. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi danekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
3.      Banjir
Pada musim penghujan dapat terjadi banjir karena tidak adanya pepohonan di hutan yang dapat menyerap air hujan. Banjir akan memberikan dampak terhadap hidup manusia sepeerti rusaknya infrasuktur, terputusnya tranportasi, serta korban nyawa dan lain sebagainya yang merugikan kelangsungan hidup.
4.      Kenaikan muka air laut
Penebangan bakau pada pesisir akan menyebabkan Kenaikan muka air laut juga telah menyebabkan tenggelamnya tambak udang dan ikan di beberapa daerah di Indonesia termasuk di pantai-pantai Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh dan Sulawesi Selatan.

E.     Upaya Menjaga Dan Melestarikan Keanekaragaman Hayati Untuk Masa Depan
Penurunan keanekaragaman hayati bukanlah permasalahan yang harus di sepelekan dalam keseimbangan lingkungan, sebagaimana dalam konsep lingkungan yang disebutkan bahwa apabila salah satu komponen hilang maka akan menyebabkan ketidakseimbangan pada komponen yang lainnya.
            Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari berkurangnya keanekaragaman hayati antara lain yaitu:
1.      Menghentikan kegiatan perburuan satwa di alam terutama untuk jenis satwa yang dilindungi dan terancam punah, contohnya penyu, untuk tujuan diperdagangkan maupun koleksi pribadi.
2.      Melindungi flaura dan fauna yang langka, demi menjaga kelangsungan kehidupan yang langka tersebut.
3.      Menghentikan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal terutama penangkapan ikan menggunakan racun dan setrum di danau, sungai atau di daerah aliran air lainnya.
4.      Menghentikan kegiatan penebangan pohon secara liar dan tidak bertanggung jawab baik dikawasan pegunungan, pemukiman maupun di kawasan mangrove pesisir pantai.
5.      Menanam pohon-pohonan dan memeliharanya dengan baik.
6.      Mengolah sampah sesuai jenisnya dan mengurangi membakar sampah serta membuang sampah tidak pada tempatnya karena dapat mencemari lingkungan.

F.     Keanekaragaman Hayati Dalam Perkembangan Hukum Internasional
Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan yang terdapat dalam sumberdaya alam. Dalam hukum internasional kekayaan sumberdaya alam sudah ada dalam konsep ini baik dalam bentuk hukum kebiasaan maupun dalam perjanjian internasional. Beberapa pengaturan mengenai sumber-sumber kekayaan alam di laut yang melewati batas negara telah lama diatur melalui hukum perjanjian. Namun beberapa perjanjian yang telah disetujui oleh beberapa negara masih merupakan hukum internasional khusus atau hukum internasional regional seperti: Konvensi Internasional mengenai Ikan Paus (International Convention for the Regulation of Whaling) yang berlaku pada tanggal 10 November 1948, Konvensi Jenewa mengenai perikanan (Convention on Fishing and Conservation for Living Resources of The High Seas) yang berlaku pada tanggal 20 Maret 1966, Konvensi mengenai perikanan di Laut Hitam (Convention Concerning Fishing in The Black Sea) yang ditandatangani 7 Juli 1959. Konvensi mengenai sumberdaya alam yang berada di daratan telah diatur pula dalam hukum perjanjian internasional seperti: Konvensi Internasional mengenai Lahan Basah (Convention of Wetlands of International Important, Especially as Waterfowl Habitat) yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971.
Ternyata meningkatnya pembangunan di berbagai negara serta makin berkurangnya lahan tempat tinggal (habitat) hewan serta tumbuhan telah menimbulkan konsekuensi adanya krisis keanekaragaman hayati. Menurunnya jumlah spesies hingga kepunahan yang serius dari spesies jenis tertentu telah menuntut adanya upaya mengatasi hal ini. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam kerangka ilmiah saja tapi harus melalui suatu kerangka politik dan kerjasama internasional yang bersifat luas.
Konverensi PBB mengenai Lingkungan Hidup Manusia tahun 1972 yang mengeluarkan Deklarasi Stockhlom sebagai landasan global untuk kemudian menghasilkan beberapa tindakan-tindakan yang perlu untuk mengatasi timbulnya degradasi lingkungan. Tindakan yang paling penting dilaksanakan adalah para pihak diharuskan mulai mengaitkan masalah lingkungan kedalam program pembangunan nasionalnya. Dengan adanya tindakan ini maka masalah lingkungan kini menjadi masalah politik bagi suatu negara. Dalam konverensi ini juga dinyatakan bahwa sumberdaya alam hayati yang merupakan bagian eksklusif dari suatu negara, adalah juga merupakan bagian dari dunia. Tema konperensi yaitu “One Earth One Man” adalah merupakan upaya kampanye menyelamatkan bumi dari kehancuran yang lebih parah
Konvensi internasional maupun beberapa hukum kebiasaan internasional yang berlaku pada waktu itu, nampaknya bertujuan untuk melindungi kekayaan sumberdaya alam yang ada di muka bumi ini, khususnya spesies tertentu. Dengan dilindunginya spesies tersebut dari ancaman kepunahan maka tingkat keanekaragaman hayati minimal dapat dipertahankan dari ancaman kepunahan.


 

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan:
1.   Keanekaragaman makhluk hidup atau keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: Biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu.
2.   International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat dalam sebuah video banyaknya spesies yang terancam punah. Yaitu: 75% dari keanekaragaman genetik tanaman pertanian telah hilang, 75% dari perikanan dunia mengalami kelebihan eksploitasi, sampai dengan 70% spesies di dunia terancam punah jika suhu global meningkat lebih dari 3,5 ° C, 1/3 dari terumbu karang di seluruh dunia terancam punah, setiap detik sebidang hutan hujan tropis ukuran lapangan sepakbola menghilang dan lebih dari 350 juta orang mengalami kelangkaan air berat.
3.   Faktor-faktor penyebab penuruanan keanekaragaman hayati, yaitu: perusakan habitat, penggunaan pestisida, pencemaran bahan, penebangan hutan dan perburuan satwa.
4.   Dampak penurunan keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia dan global, yaitu: kepunahan, kekeringan, banjir dan kenaikan permukaan air laut
5.   Upaya menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati untuk masa depan yaitu: menghentikan perburuan satwa, menjaga flora dan fauna, menghentikan penangkapan ikan secara ilegal, menanam pohon dan membuang sampah pada tempatnya

B. Saran
Kita wajib menjaga dan merawat keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini agar dapat terjaga kelestariannya, sehingga keanekaragaman hayati yang kita miliki dapat terhindar dari kepunahan dan generasi penerus kita dapat menikmati semua jenis keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini di masa yang akan datang.



















DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar